Sabtu, 13 Februari 2016

LAPORAN PRAKTIKUM BIOTEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN “Pembuatan Ragi Tempe dan Tape”



LAPORAN PRAKTIKUM
BIOTEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
“Pembuatan Ragi Tempe dan Tape”


                           Oleh
                     KELOMPOK III
Putri Sulham Wijaya         D1C1 13 071
Angela Istia                         D1C1 13 072
Sumarni                              D1C1 13 079
Darwin Hamente                D1C1 13 092
Magnalia Minaula              D1C1 13 112
                    
                     TPG-B 2013


 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN KONS. GIZI MASYARAKAT
JURUSAN TENOLOGI PANGAN DAN PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
2015

I.    PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Bioteknologi adalah pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk yang dapat digunakan oleh manusia. Bioteknologi dibagi menjadi dua yaitu bioteknologi konvesional (tradisional) dan bioteknologi  modern. Bioteknologi konvesional biasanya menggunakan mikroorganisme berupa bakteri, jamur, dan lain-lain yang dapat membantu kita dalam proses pengkloningan kultur jaringan.
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50 % dari komsumsi kedelai Indonesia diperoleh dalam bentuk tempe. Konsumsi tempe rata-rata pertahun di Indonesia saat ini sekitar 6,45 kg/orang.
Tempe sangat disukai oleh semua lapisan masyarakat, baik lapisan masyarakat berekonomi menengah kebawah maupun masyarakat berekonomi menengah keatas. Tempe selain harganya lebih murah dibanding lauk - pauk lainnya, tempe juga memiliki kelebihan lain, yaitu cakupan gizi pada tempe yang tinggi terutama dalam memenuhi kecukupan kebutuhan protein. salah satu bahan yang di perlukan dalam pembuatan tempe adalah ragi.
 Ragi merupakan zat yang menyebabkan fermentasi. Ragi biasanya mengandung mikroorganisme yang melakukan fermentasi dan media biakan bagi mikroorganisme tersebut. Media biakan ini dapat berbentuk butiran-butiran kecil atau cairan nutrien. Ragi umumnya digunakan dalam industri makanan untuk membuat makanan dan minuman hasil fermentasi seperti acar,tempe, tape, roti, dan bir.
Berbeda dengan makanan fermentasi yang lain hanya melibatkan satu mikroorganisme yang berperan utama, pembuatan tape. Tape merupakan makanan melibatkan banyak mikroorganisme. Mikroorganisme yang terlibat adalah kapang dan khamir. Yang termasuk bakteri kapang yaitu Amylomyces rouxii, Mucor sp, dan Rhizopus sp. Yang termasuk bakteri khamir yaitu Saccharomycopsis fibuligera, Saaccaromycopsis malanga, Pichia burtonii, Saccharomyces cerevisiae, dan Candida utilis serta bakteri Pediococcus sp. dan Bacillus sp. Kedua mikroorganisme tersebut bekerja sama dalam menghasilkan tape.
1.2    Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam praktikum pembuatan ragi tempe dan tape adalah untuk mengetahui teknik sederhana perbanyakan mikroorganisme untuk fungsi fermentase.















TINJAUAN PUSTAKA
Tempe merupakan produk fermentasi kedelai oleh jamur Rhizopus orizae (Ratnawati, 2008). Tempe makanan yang digemari masyarakat Indonesia karena kandungan gizi cukup tinggi mengandung berbagai zat gizi yang bermanfaat bagi kesehatan antara lain karbohidarat, protein, serat, vitamin dan harganya murah. Selain itu tempe merupakan makanan tradisional yang berpotensi sebagai makanan fungsional. Beberapa jenis peptide terdapat pada tempe sebagai senyawa bioaktif, mempunyai fungsi penting bagi kesehatan, misalnya un tuk meningkatkan penyerapan kalsium dan zat besi, sebagai senyawa antitrombotik, menurunkan kolesterol.
Menurut Ratnawati dan Hanafi (2008) kandungan gizi tempe terdiri atas kadar air sebesar 55,3%, kadar abu sebesar 1,6%, kadar lemak z,8%, karbohidrat sebesar 13,5% dan kadar protein sebesar 20,8%. Tempe yang baik adalah tempe yang kompak, seluruh tubuh diselimuti miselium kapang berwarna putih, tidak bernoda hitam akibat timbul spora, tidak berlendir, mudah diiris, tidak busuk dan tidak berbau amoniak. Selama penyimpanan tempe akan mengalami penurunan kualitas dan mutu gizi seperti kadar protein, karbohidrat, lemak dan mutu gizi lainnya.
Disamping mempunyai kandungan gizi cukup tinggi tempe mempunyai kendala dalam penyimpanan. Tempe tidak dapat disimpan lebih lama, kurang lebih 2 x 24 jam. Hal ini disebabkan karena jamur Rhizopus akan mati dan akan tumbuh jamur lain serta bakteri yang dapat merombak protein dalam tempe sehingga menyebabkan bau tidak enak. Bau busuk tersebut disebabkan oleh aktivitas enzim proteolitik dalam menguraikan protein menjadi emped  atau asam amino secara emped an yang menghasilkan H2S, amoniak, metil emped , amina, dan senyawa-senyawa lain berbau busuk. Salah satu cara untuk mencegah kerusakan tempe selama penyimpanan dilakukan upaya pencegahan dengan pengemasan dan penyimpanan dengan modifikasi atmosfer.
Penyimpanan modifikasi atmosfer adalah penyimpanan dimana kandungan O2 dikurangi dan kandungan CO2 ditambah dari udara normal dengan pengaturan pengemasan yang menghasilkan kondisi konsentrasi tertentu melalui interaksi perembesan gas dan emped an tempe yang disimpan. Modifikasi atmosfer merupakan cara terbaik untuk memperpanjang umur simpan produk. Gas yang digunakan dalam modifikasi atmosfer adalah oksigen, karbondioksida, nitrogen dalam kombinasi tergantung dengan jenis produk yang dikemas. Disamping untuk keperluan respirasi oksigen juga berpengaruh terhadap pertumbuhan bakteri areob dan menghambat pertumbuhan bakteri anaerob Nitrogen gas yang bersifat inert yang digunakan sebagai gas pengisi kemasan untuk menjaga kemasan tidak empe.
Pada  dasarnya  pembuatan  ragi  merupakan  teknik  dalam  memperbanyak  mikroorganisme  yang berperan  dalam  pembuatan  tape.  Perbanyakan  ini  dilakukan dalam  suatu  medium  tertentu  dan  setelah  cukup  banyak  mikroba  yang  tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam keadaan istirahat, baik dalam bentuk sel  maupun  dalam  bentuk  sporanya.  Penghentian  pertumbuhan  mikroba  tersebut dilakukan dengan cara mengeringkan medium tumbuhnya (Rochintaniawati, 2012).
Ragi tape sebenarnya adalah berupa mikroba Saccharomyces Cerevisiae yang dapat mengubah karbohidrat. Sedang jamur yang ada dalam ragi tape adalah jenis Aspergillus. Ragi tape merupakan inokulan yang mengandung kapang aminolitik dan khamir yang mampu menghidrolisis pati. Kapang tersebut adalah Amilomyces rouxii, sedangkan khamir tersebut adalah Saccharomyces. Adapun mikroflora yang berperan pada ragi tape adalah jenisCandida, Endomycopsis, Hansnula, Amilomyces rouxii dan Aspergillus Orizae (Widodo, 2011).
Ragi yang tersedia di pasar umumnya dibuat secara tradisional, yaitu dari tepung beras yang dicampur dengan beberapa macam bumbu atau rempah-rempah. Bentuk ragi tradisional umumnya bulat pipih seperti kue dengan diameter 1,5 – 2 cm. mikroba dalam ragi tradisional diperoleh secara alamiah dari lingkungan, bumbu atau rempah-rempah, hasil kontaminasi peralatan yang digunakan, atau dari ragi yang ditambahkan ke dalam adonan (Soedarsono, 1989).
Bumbu atau rempah-rempah selain berfungsi sebagai sumber mikroba yang diinginkan juga sebagai sumber kontaminan, perangsang selektif mikroba, inhibitor dan juga sebagai pelindung mikroba (Saono, et al, 1981). Beragamnya macam bumbu yang digunakan menjadikan jenis populasi dan keaktifan mikroba dalam ragi tradisional sangat beragam, sehingga sulit untuk mendapatkan ragi dengan kualitas yang seragam (Saono, 1981).



III. METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum pembuatan ragi emped an tapedilaksanakandi Laboratorium Teknologi Pangan dan Pengolahan Hasil Pertanian, Universitas Halu Oleo pada, tanggal 24-28 Desember 2015.
3.2    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum pembuatan ragi tempedan tape adalah: kukusan, tampah (nyiru), pengaduk kayu, lembaran plastic, alat penumbuk, ayakan, alat penggorengan (wajan), dan kantong emped .
Bahan yangdigunakan  dalam praktikum pembuatan ragi tempe adalah: beras 300 garam, tepung tempe 3 garam dan tepung beras yang sudah disangrai 1  kg.
Bahan yang digunakan dalam praktikum pembuatan ragi tape adalah: beras ketan putih, merica, bawang putih, lengkuas (laos), air perasan tebu, dan ragi yang telah jadi.






3.3    Prosedur Praktikum
Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum pembuatan ragi tempe adalah sebagai berikut:
Cuci beras
Masak dan tiriskan
Taburkan tepung tempe
Letakan diatas tampah dan simpan dalam ruangan
Jemur nasi yang telah di tumbuhi kapang
Tumbuk dan ayak
Campur 10 garam ragi 50-100 tepung beras
kemas
Ragi tempe diujikan pada percobaan fermentasi
 


















Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum pembuatan ragi tape adalah sebagai berikut:
Tumbuk bawang putih, merica, lengkuas
saring
Campur dengan tepung ketan putih
Aduk dan tambahkan air perasan tebu
Bentuk adonan menjadi bulat pipih diameter 3 cm
Taburkan diatas adonan serbuk ragi dan tutup
Simpan adonan selama 24 jam hingga mikroorganisme tumbuh
Jemur selama 2-5 hari
Ragi
 
















IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil pengamatan pada praktikum pembutan ragi tape dan ragi tempe adalah adalah seperti gambar berikut.
1.        Ragi tempe
Gambar proses pembuatan ragi tempe

        Gambar.1 Grafik pertumbuhan cendawan pada pembuatan tempe
       Keterangan: Warna merah atau p2 adalah perbandingan 2:1 dan warna biru atau p1 adalah  perbandingan 1:1 antara ragi dan tempe.
Berdasarkan  pada grafik diatasdiketahui bahwa pertumbuhan cendawan padatampe kedelai 1:2 pada27  jam memiliki pertumbuhan cendawan yang paling tinggi dan pada 27- 48 jam pertumbuhan cendawan konstan dan pada 72 jam pertumbuhan cendawan menurun pesat dikarnakan pemberian ragi lebih banyak sehingga pertumbuhan cendawan cepat dan terjadi persaingan. Pertumbuhan cendawan pada tempe kedelai 1:1 pada 30  jam memiliki pertumbuhan cendawan yang paling tinggi dan pada 30-50 jam pertumbuhan cendawan konstan pada 27 jam pertumbuhan cendawan menurun . Pertumbuhan cendawan pada perbandingan 1:1 lebuh lamban di bandingkan 1:2 dikarnakan sedikit persangan perebutan makanan.

2.        Ragi tape




Gambar 2. Grafik pertumbuhan mikroorganisme pada pembutan tape

4.2. Pembahasan
            Yeast (ragi) sudah lama diduga ikut serta dalam fermentasi tempe . Tetapi peranan yeast dalam pembuatan tempe belum mendapatkan perhatian yang serius beberapa jenis yeast telah ditemukan dalam tempe yang dipasarkan dan selama perendaman kedelai untuk pembuatan tempe (Mulyowidarso, 1989).Secara tradisional, emped a dibuat dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan bekas pembungkus tempe, atau menggunakan tempe itu sendiri, menggunakan tempe yang dikeringkan ataupun tempe yang diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan di bawah sinar matahari. Metode lainya adalah menggunakan daun pisang, daun waru, daun jati yang ditumbuhi dengan jamur tempe kemudian dikeringkan. Penentu kualitas ragi adalah konsentrasi spora yang aktif karena hal ini dapat mempengaruhi kemampuan ragi dalam memfermentasi kedelai. Konsentrasi mikroorganisme pada media fermentasi akan mempengaruhi jumlah sel yang hidup dan aktif. Oleh karena itu perlu diketahui berapa konsentrasi kultur murni yang terbaik untuk pembuatan emped a tempe (Hermana, 1971).
                Pada praktikum bioteknologi kali ini yaitu membuat ragi emped an tape lalu di aplikasikan pada pembuatan emped an tape. Pada tahap pertama yaituPembuatan tempe kedelai dengan menggunakan perbandinagan 1:1 dan 1:2 Pada hasil pengamatan tempe kedelai diatas diketahui bahwa pertumbuhan cendawan pada tampe kedelai 1:2 pada27  jam memiliki pertumbuhan cendawan yang paling tinggi dan pada 27- 48 jam pertumbuhan cendawan konstan dan pada 72 jam pertumbuhan cendawan menurun pesat dikarnakan pemberian ragi lebih banyak sehingga pertumbuhan cendawan cepat dan terjadi persaingan perebutan makanan. Pertumbuhan cendawan pada tempe kedelai 1:1 pada 30  jam memiliki pertumbuhan cendawan yang paling tinggi dan pada 30-50 jam pertumbuhan cendawan konstan pada 27 jam pertumbuhan cendawan menurun. Pertumbuhan cendawan pada perbandingan 1:1 lebuh lamban di bandingkan 1:2 dikarnakan sedikit persaingan perebutan makanan. Perbedaan pemberian ragi akan mempengaruhi kualitas pada tempe.
Pada proses pembuatan tempe, fermentasi berlangsung secara aerobik dan   non alkoholik.  Mikroorganisme yang berperan adalah kapang (jamur), yaitu    Rhizopus oryzae, Rhizopus oligosporus, dan Rhizopus arrhizus.    
Ragi tape atau yang sering disebut sebagai “ragi” adalah starter  untuk membuat tape ketan  atau  tape  singkong, dalam  ragi  ini  terdapat  mikroorganisme  yang dapat  mengubah  karbohidrat  (pati)  menjadi  gula  sederhana  (glukosa)  yang selanjutnya  diubah  lagi  menjadi  alkohol.  Beberapa  jenis  mikroorganisme  yang terdapat  dalam  ragi  adalah  Chlamydomucor  oryzae,  Rhizopus  oryzae,  Mucor  sp., Candida sp., Saccharomyces cerevicae, Saccharomyces verdomanii, dan lain-lain (Syarief, 2011).Ragi tape merupakan populasi campuran mikroba yang terdapat beberapa jenis yaitu genus Aspergillus, genus Saccharomises, genus Candida, genus Hansnula, sedang bakterinya adalah Acetobacter.
Dalam beberapa hal pertumbuhan ragi dalam bahan pakan menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pakan dari sisi mutu, baik dari aspek gizi maupun daya cerna serta meningkatkan daya simpannya. Penggunaan ragi adalah sebagai sumber protein dan vitamin bagi konsumsi manusia dan ternak Pada  dasarnya  pembuatan  ragi  merupakan  teknik  dalam  memperbanyak  mikroorganisme  yang berperan  dalam  pembuatan  tape.  Perbanyakan  ini  dilakukan dalam  suatu  medium  tertentu  dan  setelah  cukup  banyak  mikroba  yang  tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam keadaan istirahat, baik dalam bentuk sel  maupun  dalam  bentuk  sporanya.  Penghentian  pertumbuhan  mikroba  tersebut dilakukan dengan cara mengeringkan medium tumbuhnya. Menurut Rahman dkk (2011), ragi padat dalam keadaan normal lebih cepat rusak dan akan kehilangan daya peragiannya jika disimpan dalam suhu 2 derajat celcius selama 4 sampai 5 minggu. Ragi padat harus selalu disimpan ditempat dingin.











V.  PENUTUP
5.1    Kesimpulan
   Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan teknik sederhana perbanyakan mikroorganisme untuk fungsi fermentase  yaitu dengan pembuatan ragi . Penggunaan ragi adalah sebagai sumber protein dan vitamin bagi konsumsi manusia dan ternak Pada  dasarnya  pembuatan  ragi  merupakan  teknik  dalam  memperbanyak  mikroorganisme  yang berperan  dalam  pembuatan  tape.  Perbanyakan  ini  dilakukan dalam  suatu  medium  tertentu  dan  setelah  cukup  banyak  mikroba  yang  tumbuh, pertumbuhannya dihentikan serta dibuat dalam keadaan istirahat, baik dalam bentuk sel  maupun  dalam  bentuk  sporanya.
5.2     Saran
            Saran yang dapat kami ajukan dalam pratikum ini yaitu pratikan diharap setelah selesai pratikum membersihkan laboratorium dan mencuci peralatan-peralatan yang telah digunakan di laboratorium agar terlihat bersih dan rapi.






DAFTAR PUSTAKA
Ratnawati, 2008. Pegangan Umum Bioteknologi : Jakarta
Saono, 1981. Pembuatan inokulum Tempe dan kajian Aktivitasnya.Selama penyimpanan Penelitian Gizi dan Makanan
Soedarsono, 1989. Ilmu pangan Universitas Indonesia Jakarta
Widodo. W. 2011 Bioteknologi Fermentasi. Malang Pusat Pengembangan             Bioteknolgi Universitas Muhammadiyah : Malang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar